LPPM Akademi Farmasi Mitra Sehat Mandiri Sidoarjo Kembali Dampingi Desa Binaan

16

Foto: Istimewa. 

ZONA TERKINI — Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Akademi Farmasi Mitra Sehat Mandiri Sidoarjo kembali melakukan pendampingan di desa binaan. Kali ini sasarannya para lanjut usia (lansia) terkait pengenalan logo obat dan sosialisasi Dagusibu di Desa Terungkulon, Kecamatan Krian, Sidoarjo, Sabtu (24/7).

Salah satu dosen Akademi Farmasi Mitra Sehat Mandiri Sidoarjo yang juga bertindak sebagai narasumber, Apt. Indah Tripujiati, M.Farm menyatakan, sosialisasi pengenalan logo obat dan sosialisasi Dagusibu ini memberikan pemahaman kepada masyarakat,” Ujarnya.

Dia menjelaskan, tanda warna atau simbol pada kemasan obat menunjukkan identitas golongan obat serta risiko dari obat tersebut. Selain itu, simbol ini juga menunjukkan apakah jenis obat – obatan tersebut dapat dibeli secara mandiri atau bebas tanpa memerlukan resep atau memerlukan resep dokter,” Ungkapnya.

Selain menjelaskan tentang simbol pada kemasan juga mengenalkan tentang Dagusibu. Dagudibu sendiri merupakan singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang. Lebih tepatnya, slogan ini mengajak masyarakat untuk mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan benar.

Pertama adalah dapatkan, berarti dapatkan obat di tempat yang benar, agar terjamin manfaatnya, keamanannya dan kualitasnya.

Disini tempat yang benar berarti legalitasnya ada, misalnya apotek, rumah sakit, toko obat berijin, apotek klinik, dan sebagainya. Karena apotek sudah ada keterangan SIP (Surat Izin Praktek).

Selain itu, jika kita membeli di apotek, kita juga dapat menanyakan dosis secara langsung kepada pihak yang paham. Sedangkan jika kita membeli di warung, penjual hanya menjual barangnya saja tidak paham tentang dosis-dosis obat.

Kedua, gunakan artinya gunakanlah obat sesuai dengan indikasinya (diagnosa penyakit), sesuai dosisnya, sesuai aturan pakainya, dan sesuai cara pemberiannya. Jangan sampai memakai atau menggunakan obat secara berlebihan. Mengapa? Karena dapat menyebabkan over dosis.

BACA JUGA :  Peringati Hari Disabilitas, MKKS Sidoarjo Gelar Pameran

Ketiga, simpan, yaitu simpan obat sesuai yang tertulis di kemasan, kecuali bila harus disimpan secara khusus. Umumnya obat disimpan di tempat yang sejuk (15-25° C), tidak terkena sinar matahari langsung, tidak di tempat yang lembab, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Fungsi hal di atas, jelas agar obat tidak mudah rusak, karena obat umumnya ada yang teroksidasi oleh sinar matahari, dan dapat mengakibatkan obat berkurang stabilitasnya sehingga jadi lengket-lengket dan rusak. Kelembaban juga akan membuat obat terurai. Anak-anak harus dijauhkan dari obat, agar tidak sembarangan memasukkannya ke mulut atau dibuat mainan. Bila ada kotak obat, masukkan obat dalam kotak atau lemari tersebut. Bila perlu letakkan di tempat yang tinggi, jauh dari jangkauan anak-anak.

Keempat adalah Buang. Jika obat sudah habis masanya atau sudah kadaluwarsa, maka segeralah buang obat tersebut. Membuang obat juga harus dengan prosedur yang benar. Obat yang sudah rusak atau kadaluwarsa harus segera di buang, sehingga tidak dapat lagi digunakan. Pembuangan obat bebas, obat bebas terbatas , dan obat keras dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat. Agar tidak disalah gunakan oleh pihak lain, obat sebaiknya dibuang dengan cara tertentu sehingga benar-benar tidak berbentuk lagi.

Prinsip pertama dalam membuang obat adalah gunakan masker dan sarung tangan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti menghirup bau menyengat obat yang sudah kadaluwarsa. Prinsip kedua yaitu semua bentuk sediaan harus hancur terlebih dahulu sebelum dibuang. Apabila tablet dihancurkan terlebih dahulu. Jika kapsul, dibuang isi yang ada didalamnya. Dan jika sirup, dibuang di kamar mandi atau di tempat lainnya, dan jangan sampai membuang obat yang masih utuh karena obat yang masih utuh walaupun sudah kadaluwarsa dapat diolah kembali dan dijual kembali oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab,” Tutupnya. (Red)

BACA JUGA :  Kepala MINU KH Mukmin Sidoarjo, Anis Faridah: Tumbuhkan Cinta Literasi Sejak Dini