Foto: Ratna Sulistriyaniva, Pascasarjana Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Surabaya.
ZONATERKINI.COM _ Penerapan kurikulum merdeka menjadikan pendidikan di Indonesia saat ini mengalami transformasi besar. Salah satu tujuan penerapan kurikulum merdeka adalah untuk menghasilkan generasi yang cerdas, inovatif, dan berkarakter.
Literasi matematis merupakan salah satu keterampilan siswa di abad ke-21 dan juga komponen penting untuk dikembangkan dalam kurikulum merdeka yang diterapkan saat ini.
Namun, siswa Indonesia dianggap memiliki kemampuan literasi matematis yang rendah menurut laporan hasil evaluasi pendidikan internasional seperti program untuk Penilaian Siswa Internasional (PISA), (Bilad et al., 2024).
Hal ini menunjukkan bahwa diperlukannya metode serta pendekatan yang lebih efektif untuk mengajarkan literasi matematis di Sekolah Dasar (SD).
Kemampuan literasi matematis sangat penting diajarkan sejak dini terutama sejak usia SD. Kemampuan literasi matematis merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan matematika dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghitung, menganalisis, dan memecahkan masalah data (Muhaimin et al., 2024). Kemampuan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep matematika dasar, tetapi juga membangun keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis.
Beberapa alasan mengapa kemampuan literasi matematis sangat penting di SD, diantaranya melalui kemampuan literasi matematis dapat meningkatkan keterampilan kognitif siswa, mempersiapkan siswa untuk tantangan masa depan, serta meningkatkan kemandirian dan kreativitas siswa, (Irshad, 2024).
Sementara itu, dampak yang dapat ditimbulkan jika siswa memiliki kemampuan literasi matematis rendah, diantaranya siswa akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran, kurangnya kemampuan berpikir logis dan matematis, serta kesulitan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan nyata.
Mengingat dampak yang sangat besar bagi perkembangan kemampuan siswa di masa depan, guru tentu haruslah memiliki strategi untuk dapat meningkatkan kemampuan literasi matematis ini bagi siswanya. Salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). P5 adalah pendekatan berbasis proyek yang memasukkan nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap aspek pendidikan, termasuk literasi matematis.
Pendekatan ini mengajarkan siswa tidak hanya matematika secara teoritis, tetapi juga menerapkan nilai-nilai Pancasila ke situasi dunia nyata, seperti kreativitas, gotong royong, dan berpikir kritis (Aida et al., 2024). Beberapa strategi peningkatan literasi matematis melalui P5 yang dapat diterapkan diantaranya sebagai berikut:
1. Pemilihan tema proyek yang relevan dan kontekstual
Guru harus memilih tema proyek yang berkaitan langsung dengan kehidupan nyata siswa dan mengandung elemen matematika yang aplikatif.
Tema-tema seperti kewirausahaan, pelestarian lingkungan, dan budaya lokal dapat menggabungkan konsep matematika seperti perhitungan anggaran, analisis data, dan geometri.
2. Mengintegrasikan matematika dengan pembelajaran berbasis proyek
Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk aktif terlibat dalam semua fase kegiatan, dari perencanaan hingga pelaksanaan.
Dalam hal ini, matematika digunakan untuk menyelesaikan masalah proyek seperti menghitung biaya produksi atau menganalisis data statistik.
3. Kolabosari antar siswa
Siswa belajar bekerja sama, berbagi ide, dan memecahkan masalah bersama melalui proyek kelompok. Hal ini juga mendorong nilai gotong-royong yang sangat penting untuk pembentukan karakter siswa.
4. Mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran
Penggunaan alat digital dalam proyek dapat membantu siswa memahami dan menggunakan konsep matematika lebih baik.
Misalnya, siswa dapat menggunakan perangkat digital untuk membuat diagram, grafik, atau simulasi perhitungan secara sederhana, yang tentunya hal ini dapat meningkatkan literasi matematis mereka.
Peran guru sangat penting dalam menerapkan strategi peningkatan kemampuan literasi matematis melalui P5 ini. Peran guru diantaranya sebagai perancang pembelajaran, fasilitator, serta pemantau dan penilai (Ratnayake dan Taranto, 2023).
Sebagai perancang pembelajaran, proyek harus dibuat oleh guru untuk memenuhi kebutuhan dan minat siswa. Proyek harus menggabungkan konsep-konsep matematika dan menawarkan tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Sebagai fasilitator, guru membantu siswa dengan membimbing mereka melalui proyek, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan membantu mereka mengatasi masalah.
Sedangkan sebagai pemantau dan penilai, guru harus melakukan observasi aktif untuk menilai proses pembelajaran dan perkembangan literasi matematis siswa. Penilaian harus mencakup tidak hanya pemahaman siswa tentang matematika, tetapi juga kemampuan siswa untuk bekerja sama dan menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Dalam menerapkan strategi peningkatan literasi matematis melalui P5 tentu banyak tantangan yang dihadapi guru. Tantangan yang paling sering muncul yaitu keterbatasan waktu dan sumber daya serta kesulitan dalam menyusun proyek yang menarik dan relevan (Irshad, 2024).
Meskipun banyak tantangan yang dihadapi, guru harus cerdas dalam memutar otak untuk mengatasinya. Ketika menghadapi keterbatasan waktu dan sumber daya, guru dapat mengatasinya dengan mengintegrasikan proyek dengan mata pelajaran lain untuk mengoptimalkan waktu dan juga menggunakan sumber daya yang ada secara efektif.
Sementara itu untuk menghadapi tantangan kesulitan dalam menyusun proyek yang menarik dan relevan, guru dapat melakukan kolaborasi dengan rekan guru lain untuk merancang kegiatan proyek yang inovatif dan relevan dengan kehidupan siswa.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa literasi matematis sangat penting untuk mengembangkan keterampilan siswa di abad ke-21. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menawarkan pendekatan inovatif untuk meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa.
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan akademik dan membantu siswa mempelajari matematika, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan sifat-sifat Pancasila seperti berpikir kritis, kreatif, dan gotong-royong. Siswa dapat menghubungkan antara matematika dan dunia nyata melalui tema proyek yang relevan serta kolaborasi kelompok.
Melalui peran aktif guru dan dukungan sekolah, siswa yang memiliki kemampuan literasi matematis yang baik, maka tentunya akan siap menghadapi tantangan masa depan.
Daftar Rujukan:
Aida, A., Budiarti, I. S., Ompe, E., & Yulius, Y. (2024). Project implementation to strengthen pancasila student profile at activator school of smpit insan mulia, manokwari regency, west papua. Srawung, 51–65. https://doi.org/10.56943/JSSH.V3I3.604
Bilad, M. R., Zubaidah, S., & Prayogi, S. (2024). Addressing the PISA 2022 Results: A Call for Reinvigorating Indonesia’s Education System. International Journal of Essential Competencies In Education, 3(1), 1–12. https://doi.org/10.36312/IJECE.V3I1.1935
Irshad, M. (2024). “Enhancing Mathematical Literacy in School Students: Strategies for Effective Instruction in Basic Math Concepts.” Scholars Journal of Physics, Mathematics and Statistics, 11(01), 1–5. https://doi.org/10.36347/SJPMS.2024.V11I01.001
Muhaimin, L. H., Sholikhakh, R. A., Yulianti, S., Ardani, Hendriyanto, A., dan Sahara, S. (2024). Unlocking the secrets of students’ mathematical literacy to solve mathematical problems: A systematic literature review. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 20(4), em2428–em2428. https://doi.org/10.29333/EJMSTE/14404
Ratnayake, I. G., & Taranto, E. (2023). Mathematics Teacher Educators’ Practices to Support Teachers in the Design of Mathematical Tasks. Trends in Higher Education. https://doi.org/10.3390/higheredu2040033.
Penulis adalah Ratna Sulistriyaniva, Pascasarjana Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Surabaya. Dengan Dosen Pengampu, Dr. Hitta Alfi Muhimmah, M.Pd. dan Dr. Ganes Gunansyah, S.Pd., M.Pd.